Hamemayu atau memayu itu kata kerja, artinya ‘membuat ayu’ atau mempercantik, memperindah. Hayuning itu kata keadaan, artinya keadaan yang ayu, cantik atau indah.
Bawana artinya benua atau bumi.
Jadi arti harafiah dari ‘memayu hayuning bawana’ adalah ‘membuat ayu bumi yang (diciptakan) sudah dalam keadaan ayu‘. Kata ‘bumi’ dalam hal ini mempunyai arti ganda, yaitu bumi dan isinya secara fisik atau ekosistem serta kehidupan di bumi.
‘Memayu hayuning bawana’ secara utuh merupakan falsafah, tujuan dan landasan hidup manusia di bumi. Falsafah ini diperkenalkan oleh Pujangga Besar Ronggowarsito.
Sebagai falsafah dan tujuan hidup, Memayu Hayuning Bawana (MHB) menganjurkan agar manusia hidup digunakan untuk terus menerus meningkatkan kuakitas hidup dan kualitas ekosistem bumi dan jagad raya. MHB terdiri dari dua bagian, yaitu Memayu Hayuning Pribadi (MHP) dan Memayu Hayuning Bebrayan (MHBr).
MHP adalah suatu proses untuk terus menerus meningkatkan kualitas diri kita sebagai manusia (human quality). Bebrayan artinya pergaulan, atau interaksi antar menusia. Jadi MHBr adalah suatu proses untuk terus menerus meningkatkan interaksi antar manusia. MHP dan MHBr pada dasarnya merupakan persyaratan yang diperlukan untuk mencapai tujuan hidup ‘Memayu Hayuning Bawana’. Kalau kedua persyaratan ini dipenuhi, maka kehidupan manusia akan indah atau ayu. Bumi sebagai sumber kehidupan akan ayu (tidak rusak) oleh ulah manusia. Manusia hidup rukun, tidak ada perang, permusuhan atau saling benci. Tentu semua itu idealnya begitu karena harapan itu mencerminkan MHB sebagai falsafah hidup.
Landasan dari Memayu Hayuning Pribadi adalah ‘eling lan waspada’ yang nantinya diurai dalam berbagai ajaran lain yang lebih detail. MHP dalam pelaksanaan sering kehilangan konteks dan tujuan. Misalnya bertapa, tirakat, kanuragan dan berbagai upaya mendapat ‘kekuatan dan kesaktian’ sering berlawanan dengan makna MHB. Upaya meningkatkan interaksi antar manusia atau Memayu Hayuning Bebrayan memerlukan kualitas manusia yang diperoleh dari upaya MHP. Tanpa manusia yang berkualitas, maka sinergi antar manusia tidak akan tercapai. Sampai di sini dulu agar dengan tulisan ini anda merenung bagaimana keadaan di Indonesia.
Bagaimana kualitas manusianya, bagaimana kondisi ekosistemnya, bagaimana interaksi antar anak bangsa, dsb.
Sumber: http://titisingpati.blogspot.com
No comments:
Post a Comment