Wednesday, November 13, 2013

Pengamen Sombong Kena Batunya

Menulis dengan tema pengemis atau pengamen memang seru dan tidak ada habisnya. Artikel saya kali masih tentang pengamen. Ini adalah kejadian nyata yang pernah dilihat sama suami beberapa tahun lalu, memang sudah agak lama tapi masih seru kayaknya kalau di-share di sini.




Menurut suami saya, pengamen di jalanan itu bisa dibedakan menjadi beberapa tingkatan atau kasta. Tingkatan itu berdasarkan dari alat musik yang dipakainya, masih menurut suami, kasta itu dari yang tertinggi sampai yang rendah adalah sebagai berikut:

1. Yang pertama adalah kasta yang paling tinggi yaitu pengamen yang terdiri lebih dari satu orang dengan memakai alat musik yang beragam, seperti gitar, biola, gendang sampai galon aqua. Kelihatan sekali kalau mereka ini serius sekali dan kelihatan profesional dalam perngamenan.

2. Yang kedua adalah kasta yang lebih rendah dari yang pertama, biasanya terdiri dari satu orang atau lebih dengan memakai alat musik gitar saja. Memang gitar adalah ’senjata’ utama para pengamen. Fenomena baru para pengamen sekarang adalah dengan membawa alat karaoke, menurut suami ini masih bisa dikategorikan kasta yang kedua.

3. Yang ketiga adalah kasta yang yang lebih tinggi setingkat dari kasta terendah. Biasanya pengamen ini menggunakan alat musik seadanya seperti kotak yang diberi tali karet atau ban yang difungsikan layaknya bass, atau hanya memakai beberapa tutup botol yang dipaku pada sebuah kayu, yang berfungsi sebagai kecrekan untuk mengiringi dia bernyanyi. Biasanya di sini pengamen modal kecrekan tutup botol dilakukan oleh ibu-ibu sambil menggendong anak kecil/bayi.

4. Yang keempat adalah pengamen kasta terendah. Dia tidak membawa alat musik, tetapi memanfaatkan secara maksimal kedua telapak tangannya untuk bertepuk-tepuk sehingga menimbulkan bunyi tertentu yang dipergunakannya mengiringi dia menyanyi.

Nah kejadian yang akan ditulis ini menimpa seorang pengamen dengan kasta no 4 itu.

Karena motor yang mulai rewel pada hari kejadian beberapa tahun lalu itu, suami membawa motor ke bengkel langganan. Di tengah-tengah montir sedang nyervis itu mampirlah seorang pengamen (sendirian) yang bernyanyi sambil menepuk-nepuk kedua telapak tangannya. Pengamen itu masih muda, usia 25-an tahun dengan memakai kaus oblong dan celana panjang blue jean sobek-sobek. Rambut dicat pirang. Sebelum lagu habis montir yang juga pemilik bengkel itu masuk ke dalam dan memberi uang logam kepada pengamen itu.

Entah apa yang diucapkan pengamen itu, setelah menerima uang sambil bergumam lirih pengamen itu berlalu dan seperti sengaja dia menjatuhkan uang logam yang ternyata senilai 200 perak. Uang itu menggelinding dan masuk ke selokan pinggir jalan.

Melihat itu, pak montir tersinggung dan langsung menghampiri pengamen yang belum pergi jauh, tangan kanan memegang kunci inggris dan tangan kirinya mencengkeram kerah baju pengamen tadi sambil berujar, “Cari dan ambil uang tadi sampai ketemu, dan balikin ke aku sebelum kamu aku pukul pake kunci inggris ini,” katanya mengancam.

“Aku susah-susah cari uang, kamu yang tinggal ngatungin tangan aja berlagak sombong buang-buang uang yang dikasihkan,” tambah Pak Montir

Peristiwa itu tentu saja mendapat perhatian orang banyak, bahkan beberapa tukang ojek yang mangkal di sekitar bengkel itu juga pada geram dan bahkan ada yang mau memukuli pengamen sombong itu, tapi untung saja dicegah sama Pak Montir.

Akhirnya pengamen sombong itu menjadi tontonan ketika dia ngubek-ubek selokan mencari koin, karena beberapa lama mencari tidak ketemu dan merasa kasihan pengamen itu akhirnya disuruh pergi.

Kena batunya pengamen ini, mungkin karena merasa mencari uang itu gampang, sehingga dia menolak pemberian orang yang hanya 200 perak. Tapi sayangnya penolakannya sangat tidak etis dan sangat sombong dengan membuang uang itu.

Di jaman serbasusah dan serbamahal ini, seringkali orang mencari uang dengan cara-cara yang instan. Dengan usia masih muda dan berbadan sehat, lebih memilih menjadi pengamen atau pengemis daripada pekerjaan lain yang lebih bermartabat hanya gara-gara dengan modal tangan mengatung sudah bisa meraup ratusan ribu bahkan jutaan dalam sehari.

Tapi masih ada juga seorang pengamen/pengemis yang sudah meminta tetapi menolak pemberian karena merasa kecil pemberian orang tersebut. Untuk orang-orang seperti ini memang kadang perlu dikasih pelajaran seperti kasus di atas.
 
Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/526691f3feca17473f000005 

Sunday, November 3, 2013

Marketing Communication yang kebablasan? Sharing cerita tentang Qnet

Saya ucapkan terima kasih kepada saudara Wahyu Riyadi yang sudah menuliskan pengalamanya mengenai Penipuan Qnet ini, Kemudian saya merasa terpanggil untuk ikut menyebarkan informasi yang berharga ini kepada publik ,dengan harapan semoga dapat menjadi peringatan bagi saudara saudara kita, agar tidak jatuh korban yang lebih banyak lag. 
Sumber :
:http://wahyuriyadi.blogspot.com/2008/10/menggapai-dolar-di-bumi-trenggalek.html?commentPage=2 , 

Pernahkah anda diajak oleh teman, kerabat atau tetangga untuk ikut ke daerah pedalamana di Jawa timur. Tepatnya ke desa Karangan, kabupaten Trenggalek. Anda tidak diberitahu mau apa nanti disana. Anda hanya diberitahu bahwa disana ada suatu proyek yang sangat menguntungkan. Biaya transportasi dan akomodasi semua ditanggung. Anda hanya tinggal ikut. Dan jika anda memutuskan ikut, saya sudah tau apa yang akan anda alami di sana.
Setelah tiba disana, anda akan diantar ke sebuah bangunan megah bak istana. Bangunan yang membuat anda kagum sekaligus heran. Heran karena ditengah-tengah desa terpencil terdapat suatu rumah mewah yang kontras sekali dengan lingkungan sekitar. Bangunan yang mencolok mata.
Rumah mewah di tengah pedalaman Trenggalek
Ya.. ‘Mencolok’.. bukan menyolok. Karena terasa dipaksakan untuk menarik perhatian. Seolah sengaja disorongkan ke depan mata dengan kasar. Rumah mewah tersebut milik Bapak Tri Hartono, salah seorang warga yang menjadi jutawan setelah menekuni ‘proyek’ yang disebutkan teman anda. Mobil mewahnya berbaris dihalaman depan.
Tidak hanya rumah mewah. Disana juga terdapat satu aktivitas yang tidak lumrah ada di tengah desa terpencil. Aktivitas yang membuat ratusan bahkan ribuan orang datang berduyun-duyun dari seluruh pelosok Indonesia. Termasuk juga dari kota besar seperti Jakarta dan Bogor. Bahkan dari Sumatera dan Kalimantan.
Mobil mewah berjejer di halaman depan
Orang-orang yang datang dari luar daerah dan dari tempat yang jauh, akan dipersilahkan istirahat di tempat yang telah disediakan. Disana juga diberikan makanan dan minuman. Semuanya gratis.
Baru keesokan harinya, anda beserta semua tamu akan dikumpulkan di suatu gedung. Semacam gedung pertemuan balai desa. Disana akan dijelaskan tentang tujuan sebenarnya. Tentang pekerjaan yang ditawarkan. Tentang profile perusahaan. Tentang Questnet (QN).

Ya.. nama perusahaan tersebut adalah Questnet Ltd.

Saya yakin anda pernah mendengarnya. Apalagi bagi orang-orang yang akrab dengan internet. Karena sangat banyak berita kontroversi mengenai perusahaan ini. Dari mulai cerita kesuksesan, fenomena QN, sampai pada berita yang negatif. Penipuan, panangkapan anggota QN, dan pelarangan QN di beberapa negara. Jelasnya, silahkan anda searching sendiri melalui Google, Yahoo, atau mesin pencari lainnya.
Bagian luar gedung pertemuan tempat calon member 'diprospek'
Bagian dalam gedung (dari belakang)Bagian dalam gedung (dari depan). Perhatikan para peserta, sebagian besar adalah orang desa.
Questnet (QN) dikenal juga dengan nama Goldquest. Berkantor pusat di Hongkong. Sejenis Multi Level Marketing (MLM). Namun berbeda dengan MLM lainnya, QN tidak memasarkan produk. Produk dibeli hanya sebagai syarat untuk menjadi member. Setelah itu sudah. Tidak ada kewajiban untuk membeli produk kembali.

Bisnis MLM umumnya mewajibkan anggotanya untuk membeli produk dan kemudian menjualnya lagi untuk mendapatkan poin. Semakin banyak produk yang diperjualbelikan, semakin tinggi poin didapatkan. Poin digunakan untuk mendapatkan komisi dan kenaikan level.

Hal ini tidak terjadi dalam QN. Pada QN, setelah membeli produk, seseorang akan mendapatkan TCO (Tracking Center Owner) berikut nomor id member. Nah.. Agar mendapatkan komisi (dalam dolar US), orang tersebut wajib mengajak orang lain untuk membeli produk dan bergabung dengan QN.

Untuk satu orang yang berhasil diajak bergabung dihargai $ 41.6. Tapi tidak sesederhana itu. Ada mekanisme khusus dalam prosedur perhitungan dan perekrutan anggota baru. Seorang member wajib mencari dua orang anggota baru yang ditempatkan di kanan dan kiri. Dua orang anggota baru tesebut juga diwajibkan merekrut angota baru lainnya. Kedua sisi kiri dan kanan harus seimbang dengan kelipatan minimal 3 orang. Jadi komisi diberikan jika disebelah kiri terdapat 3 orang dan di kanan juga terdapat 3 orang. Total 6 orang.

Secara sederhana, seorang member (katakanlah A) memperoleh dua orang anggota baru yang akan menjadi downline-nya (katakan B dan C) yang akan ditempatkan di kiri dan kanan. A baru akan mendapat komisi jika B dan C telah berhasil merekrut dua orang lagi. Sehingga disebelah kiri terdapat 3 orang (B berikut dua orang rekrutannya) dan sebelah kanan 3 orang (C berikut dua orang rekrutannya). Total 6 orang. Karena satu orang dihargai $ 41.6, maka komisi yang didapat A adalah $ 250 (6 x $ 41.6).

Jadi tugas dari member QN hanyalah mencari anggota baru sebanyak mungkin dan bukan menjual produk. Dan karena hal ini, QN sebenarnya kurang tepat jika disebut sebagai MLM. Sebetulnya sistem QN mirip dengan bisnis dengan skema piramid yang dilarang di beberapa negara.

Beberapa promotor Skema Piramida berusaha membuat skema yang kelihatan mirip dengan metode penjualan berjenjang (MLM). Penjualan berjenjang adalah suatu sistem bisnis yang legal dan menggunakan jaringan mitra usaha mandiri untuk menjual produk-produk langsung kepada konsumen.

Agar kelihatan seperti perusahaan penjualan berjenjang, Skema Piramida menyediakan serangkaian produk yang dinyatakan sebagai produk jualan untuk dipasarkan langsung kepada konsumen.

Namun demikian, pada kenyataannya hampir tidak ada usaha sama sekali untuk memasarkan produk-produk tersebut pada konsumen. Sebaliknya, penghasilan diciptakan berdasarkan perekrutan anggota-anggota baru. Juga para mitra usaha baru dipaksa untuk membeli sebanyak mungkin produk yang bernilai besar pada saat mengisi formulir peserta.

Piramida yang paling tersamar tidak terlalu mudah dibongkar kedoknya. Skema Piramida sering memilih produk-produk yang biaya produksinya murah namun tidak memiliki nilai di pasaran, seperti produk-produk ajaib hasil penemuan baru, pengobatan eksotik dan sebagainya. Dengan demikian sulit dijelaskan apakah produk-produk seperti itu benar-benar memiliki pangsa pasar.

Dalam usahanya merekrut anggota baru, para anggota QN memiliki metode tersendiri. Karena tidak semua orang paham internet dan hal yang berhubungan dengan bank, maka dibentuk team yang mengurus pendaftaran member. Diantaranya Palapa (Madiun), Kalingga (Purwodadi), dan yang di Trenggalek ini bernama Amoeba team. Visinya adalah semua anggota akan mendapat keuntungan dan berhasil bersama. Untuk pendaftaran melalui team, uang yang harus dibayarkan lebih besar dari uang resmi pendaftaran. Selisihnya dikembalikan ke panitia (Sub) yang memberangkatkan calon member ke lokasi seminar (biaya operasional). Sayangnya, untuk biaya operasional tidak pernah diberitahukan di muka.
justify;">
Amoeba team memiliki semacam salam khusus. “ORA UMUM”. Kata ini merupakan bahasa jawa yang berarti ‘tidak umum/normal’. Jadi jangan kaget nanti setibanya disana, anda mendengar banyak orang yang berteriak ‘ORA UMUM.. ORA UMUMM!!’. Mereka bukan orang gila atau stress. Tapi ini adalah salam sekaligus pembangkit semangat para anggota team.
Spanduk dan umbul-umbul untuk memeriahkan suasana
Amoeba Team; "Ora Umum.."
Tim ini yang nantinya mempunyai tugas dan tanggungjawab terhadap perekrutan anggota baru. Tim ini juga nanti yang akan mengadakan seminar dan mendatangkan para pembicara anggota QN yang telah sukses untuk menjelaskan tentang keuntungan bergabung dengan QN. Yang hanya dalam hitungan bulan telah berhasil menghasilkan uang ratusan dolar. Yang memberikan kesaksian betapa mudahnya bergabung dengan QN. Usaha yang tidak sulit, cepat mendapat keuntungan, komisi dalam dolar US, dan seribu alasan lainnya mengapa anda harus bergabung dengan QN bila ingin menjadi orang sukses.

Disampaikan juga para anggota yang sukses tidak harus berpendidikan tinggi. Dari mulai tukang bakso, tukang loper koran, petani, calo, sampai preman. Semuanya bisa berhasil. Bahkan disebutkan bahwa orang yang pertama menerima komisi di daerah jawa tengah adalah seorang bisu. Dan jika seorang bisu saja bisa menjalankan bisnis ini dan berhasil, apalagi dengan anda. Pasti akan lebih berhasil.

Seperti seminar MLM pada umumnya. Semua ceita dan penjelasan mengerucut pada usaha untuk membujuk agar orang mau bergabung dengan bisnis terkait. Emosi dan perasaan akan diolah dan dimainkan melalui penampilan para pembicara ulung. Tidak kalah dengan motivator kondang Mario Teguh, semangat para peserta akan dibakar hingga berkobar-kobar. Motivasi akan diangkat sedemikian tinggi. Hingga peserta merasa mampu untuk melakukan apa saja. Mampu mengatasi segala kesulitan. Mampu untuk meraih sukses sebagaimana yang telah dicapai oleh para senior mereka. Bergabung dengan QN, dan kesuksesan pun pasti di capai. Tidak ada yang tidak mungkin. Kalau mereka bisa maka anda juga pasti bisa. Begitulah kira-kira dogma yang selalu ditancapkan di kepala para calon member.

Dan jika telah mencapai kondisi ini, maka peserta-pun berduyun-duyun bergabung dengan QN. Meski harus merogoh kocek yang tidak sedikit. Meski harus menjual barang berharga. Meski harus menggadaikan BPKB dan surat tanah. Bahkan meskipun harus berhutang, mereka rela. Karena mereka yakin, setelah bergabung dengan QN. Uang yang mereka pakai untuk mendaftar pasti akan lekas kembali. Bahkan berikut keuntungan ratusan dolar amerika. Rumah bak istana, mobil mewah, pasti akan segera mereka miliki.

Dan sepertinya metode yang dijalankan Amoeba team Trenggalek ini berhasil. Apalagi jika sang calon baru pertama kali datang ke acara–acara seminar sejenis. Baru pertama kali mengenal usaha MLM. Saya melihat, setelah para calon anggota selesai mengikuti seminar (diprospek), mereka tampak sangat antusias untuk bergabung. Ditambah bujukan dan rayuan dari para rekan mereka yang telah bergabung lebih dulu. Mereka merasa optimis. Semangat. Seolah baru dilahirkan kembali menjadi orang lain. Bahkan ada juga yang katanya sampai tidak bisa tidur. Betul-betul metode perekrutan yang sangat terorganisir dan efektif.

Untuk bergabung dengan QN calon member wajib membeli satu macam produk. Produk yang ditawarkan meliputi Biodisc (di klaim memiliki fungsi kesehatan yang dapat memberikan energi positif), perhiasan, paket liburan, dan koin emas bergambar tokoh dunia. Minimal uang yang dibutuhkan untuk menjadi member QN sekitar 6,5 sampai 7 juta rupiah. Besar bukan??

Tentunya uang sebesar itu sangat menyulitkan terutama bagi orang-orang desa yang justru merupakan mayoritas ‘tamu’ yang datang ke Trenggalek. Oleh karena itu dalam presentasinya para pembicara tidak sungkan-sungkan untuk menyarankan pada peserta untuk nekat. “Ingin sukses harus nekat..”, katanya.
Dan jargon yang kerap didengung-dengungkan adalah UGD. Utang, Gadai, Doll (jual). Dan jargon ini selalu diteriak-teriakkan pada peserta.

Para peserta disarankan untuk mengutang, menggadaikan surat berharga, dan menjual apapun yang dimiliki untuk mendapatkan uang guna keperluan mendaftar. Bahkan salah satu pembicara menyarankan untuk menjual sapi agar dapat bergabung dengan QN.

Ck..ck.. Ketika mendengarnya saya sangat miris. Bagaimana mungkin mereka bisa tega menyarankan hal itu. Padahal mereka tau para peserta seminar adalah orang-orang desa. Para petani. Bukankah itu sama saja dengan menjual mata pencaharian mereka.

Belum lagi metode perekrutan yang digunakan menghalalkan modus penipuan. Tidak sedikit para calon anggota baru dibohongi agar bersedia ikut datang ke Trenggalek. Yang lebih parah, hal ini (berbohong) memang dianjurkan oleh para senior. Tadinya saya pikir berbohong hanyalah bentuk kreativitas para anggota untuk membujuk para calon anggota.

Para pembicara tim Amoeba memberikan beberapa kiat agar berhasil dalam merekrut anggota baru. Beberapa diantaranya adalah jangan pernah memberitahukan tentang QN kepada para calon anggota. Ajak mereka ke acara seminar dengan segala cara. Termasuk dengan mengatakan bahwa disana ada hal-hal yang menyenangkan. Jika calon anggota menyukai musik dangdut, katakan pada mereka bahwa di Trenggalek ada konser dangdut besar-besaran. Meskipun sesungguhnya tidak ada. Jadi gunakan segala cara agar mereka mau bersedia datang. Masalah cara, terserah. Berbohong-pun silahkan. Sehingga jangan heran bila ada orang-orang yang bersedia ikut ke Trenggalek meski tidak mengetahui tujuan keberangkatannya.

Saya berpikir kasihan sekali mereka yang datang dari tempat jauh. Dari luar daerah. Dari Jakarta. Dari sumatera, Kalimantan, Jember. Mereka datang dengan sejuta harapan karena iming-iming proyek besar menguntungkan. Tapi.. ternyata mereka hanya tidak lebih calon anggota yang akan diprospek untuk menjadi downline belaka.

Ya. Semua hal diatas saya alami sendiri. Betul!! Semuanya saya dengar dan lihat dengan mata kepala saya sendiri. Foto-foto di sini juga saya ambil sendiri dengan kamera digital yang kebetulan saya bawa. Bahkan saya memiliki video ketika salah seorang pembicara menyarankan untuk menjual sapi untuk mendapat uang guna pendaftaran.

UGD.. !! Utang Gadai Doll..!! Utang Gadai Doll!! Utang Gadai Doll!!..” teriak sang pembicara dengan penuh semangat.

Saya sebetulnya percaya kalau bisnis semacam ini, termasuk juga MLM, dapat menghasilkan keuntungan. Saya juga percaya banyak orang yang telah sukses melalui bisnis ini. Namun saya kurang menyukai bisnis seperti ini. Semua lebih karena prinsip.

Dalam setiap seminarnya, mereka selalu menunjukkan para anggota yang telah sukses. Lengkap dengan bukti cek pembayaran dan uang jutaan sebagi bukti nyata. Tapi tidak pernah disampaikan berapa persen orang yang berhasil dari sekian banyak orang yang telah mendaftar. Saya yakin. Mereka yang berhasil sangat sedikit dibanding yang tidak berhasil. Karena keberhasilan satu dua orang, harus mengorbankan banyak anggota yang lain. Jadi seolah senang diatas penderitaan orang lain. Itu yang membuat saya tidak tertarik.

Dan menurut saya. Keberhasilan usaha ini tidak seperti yang digembor-gemborkan selama ini. Coba pikirkan. Untuk mendapatkan keuntungan minimal saja ($ 250), seorang anggota wajib mempunyai 6 anggota baru. Jadi 1 banding 6. Dan jika 100 orang, harus terkumpul 600 orang anggota baru. Jika 1000, dperlukan 6000 anggota baru. Coba lihat. Perlu 6000 anggota baru. Itu hanya untuk mendapat komisi minimal saja. Saya yakin dari 6000 anggota baru, hanya 10 orang yang sukses dan menikmati komisi sampai ratusan juta. Hanya 10 orang dari 6000 orang. Hanya 0.167 %. Kecil sekali. Dan untuk merekrut dan membujuk orang ternyata tidak semudah kelihatannya, malah cenderung sulit.

Selain itu saya tidak suka dengan cara kerja sistem seperti ini. Menurut saya (dan agama saya), usaha yang baik adalah usaha yang melibatkan pembangunan fisik dan bermanfaat bagi rakyat banyak. Misalnya UKM, dagang, menjahit, dan sebaginya. Tidak hanya menguntungkan secara ekonomi bagi pengusaha, tapi produknya juga memberi manfaat pada konsumen dan orang banyak. Jelas disana ada perputaran uang. Sedangkan dalam sistem QN, uang hanya mengalir keatas. Keuntungan diperoleh dari uang pendaftaran para anggota baru. Bisnis ini tidak memberi manfaat bagi orang banyak kecuali bagi para anggota, itupun anggota yang sukses.
Note: Artikel ini saya buat berdasarkan pengalaman dan pendapat pribadi. Semua yang saya tulis adalah murni pendapat saya. Silahkan untuk setuju atau tidak setuju. Silahkan juga untuk memberi komentar dengan etika sopan santun yang baik. Mohon jangan gunakan kata-kata kotor dan tidak pantas. Terima kasih.


sumber : http://wahyuriyadi.blogspot.com/2008/10/menggapai-dolar-di-bumi-trenggalek.html?commentPage=2